Minggu, 10 April 2016

Manajemen Resiko : Teknik Manajemen Resiko

Teknik Teknik Manajemen Risiko
Pengertian Manajemen Risiko
            Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui/menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Manajemen risiko adalah suatu pendekatan struktur/metodologi dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas manusia termasu : penilaian risiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya dan mitigasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan/pengelolaan sumberdaya.
Tipe-Tipe Risiko
            Risiko dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :
1.      Risiko Murni (pure risk) : risiko dimana kemungkinan kerugian ada, tetapi kemungkinan keuntungan tidak ada. Contoh : bencana alam
Menghindari risiko murni ini dengan cara asuransi, dengan demikian esarnya kerugian dapat diminimalkan.
2.      Risiko Spekulatif : suatu risiko yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugian. Contoh: usaha bisnis, membeli saham.
Proses Manajemen Risiko
            Ruang lingkup proses manajemen risiko terdiri dari:
a)      Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola risikonya,
b)      Identifikasi risiko,
c)      Analisis risiko,
d)      Evaluasi risiko,
e)      Pengendalian risiko,
f)       Pemantauan ulang,
g)      Koordinasi dan komunikasi.
Elemen utama dari proses  manajemen risiko :
a)      Penetapan tujuan
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen risiko yang akan dilakukan.

b)      Identifikasi risiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut.
c)      Analisis risiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi yang akan terjadi, kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada dengan mengendalikan kedua variabel tersebut (probabilitas X konsekuensi).
d)      Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar, setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazard dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian.
e)      Pengendalian risiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer risiko, dan lain-lain.
f)       Monitor dan Review
Terhadap hasil sistem manajemen risiko yang dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu dilakukan.
g)      Komunikasi dan konsultasi
Dengan pengambilan keputusan internal dan eksternal untuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.
Tingkat Risiko Investasi
            Risiko yaitu besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan tingkat pengembalian yang dicapai secara nyata (actual return).  Semakin besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risikonya. Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka risiko dibedakan menjadi 3 yaitu :
1)      Investor yang suka terhadap risiko (risk seeker)
2)      Investor yang netral terhadap risiko (risk neutrality)
3)      Investor yang tidak suka dengan risiko (risk averter)
Risiko investasi di pasar modal pada prinsipnya berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility), Halim (2002) menjabarkan bahwa risiko-risiko yang mungkin dapat dihadapi investor tersebut antara lain sebagai berikut :
1)      Risiko bisnis (business risk) : yaitu risiko yang timbul akibat menurunnya profitabilitas perusahaan emiten.

2)      Risiko likuiditas (liquidity risk) : risiko ini berkaitan dengan kemampuan saham yang bersangkutan untuk dapat segera diperjual-belikan tanpa mengalami kerugian yang berarti.

3)      Risiko tingkat bunga (interest rate risk) : risiko yang timbul akibat perubahan tingkat bunga yang berlaku dipasar.

4)      Risiko pasar (market risk) : risiko yang timbul akibat kondisi perekonomian Negara yang berubah-ubah dipengaruhi oleh resesi dan kondisi perekonomian lain.

5)      Risiko daya beli (purchasing power risk) : risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan tingkat inflasi, dimana perubahan ini akan menyebabkan berkurangnya daya beli uang yang di investasikan maupun bunga yang diperoleh dari investasi.

6)      Risiko mata uang (currency risk) : risiko yang timbul akibat pengaruh perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan mata uang negara lain.

Teknik-teknik manajemen risiko
            Dalam mengelola risiko pada suatu organisasi sangat tergantung dari hasil identifikasi risiko yang mungkin muncul/terjadi pada organisasi tersebut, serta beberapa nilai kerugian bila hal tersebut terjadi dan yang terakhir adalah frekuensi (probabilitas) kejadian tersebut terjadi.
Berikut ini beberapa alternative pilihan dalam mengelola suatu risiko dalam dunia bisnis :
1)      Penghindaran Risiko (Risk Avoidance)
Alternatif risiko ini pada umumnya dapat dilakukan pada tahap perencanaan dimana kemungkinan-kemungkinan risiko yang terjadi dapat diatasi dengan berbagai tindakan pencegahan.
2)      Menahan atau menanggung risiko (Risk Retention)
Dimana perusahaan menanggung sendiri risiko yang terjadi . namun demikian, perusahaan tetap berupaya agar risiko tidak terealisasi /terjadi atau juga mencadangkan sejumlah anggaran dengan pola tertentu sebagai antisipasi bila kondisi terburuk terjadi.
3)      Penahan yang tidak direncanakan dan yang direncanakan
Penahan yang direncanakan adalah upaya untuk mengetahui risiko yang mungkin timbul, atau mengidentifikasi risiko yang  ada kemudian menyusun berbagai tindakan yang akan diambil. Pada kondisi ini tindakan yang diambil menjadi tanggung jawab perusahaan dan tidak dialihkan pada pihak lain atau pihak ketiga diluar perusahaan.
Sedangkan penahan yang tidak direncanakan adalah merupakan bentuk kegagalan perusahaan dalam mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi sehingga pada saat risiko itu terjadi perusahaan tidak memiliki anggaran atau tidak memiliki tindakan yang telah terencana dalam mengatasinya.
4)      Pendanaan risiko yang ditahan
Risiko yang ditahan bisa di danai dan bisa juga tidak di danai. Jika perusahaan tidak menetapkan pendanaan khusus yang ditujukan untuk mendanai risiko tertentu, jika risiko tersebut tidak muncul maka risiko tersebut tidak di danai. Dalam beberapa situasi, alternatif tersebut merupakan pilihan yang masuk akal.
Dalam situasi tersebut, perusahaan bisa mendanai risiko tersebut. Pendanaan bisa dilakukan melalui beberapa cara, seperti menyisihkan dana cadangan , Self-insurance, dan captive insures.
a.      Dana Cadangan
Perusahaan menyisihkan dana tertentu secara periodik yang ditujukan untuk membiayai kerugian akibat dari risiko tertentu.
b.      Self – insurance dan Captive Insures
Pengelolaan dana cadangan bisa ditingkatkan lagi menjadi semacam asuransi untuk internal perusahaan sendiri ( self-insurance ). Meskipun ada keberatan disini  tidak mengindikasikan adanya transfer risiko ke pihak luar. Risiko masih berada di perusahaan.
Dengan self – insurence, perhitungan dilakukan lebih teliti untuk menentukan berapa besarnya premi yang harus disisihkan, berapa besarnya tanggungan yang bisa diberikan.
Captive – insurance dilakukan dengan mendirikan anak perusahaan asuransi yang menjadi bagian dari perusahaan. Risiko dalam perusahaan bisa di asuransikan ke captive insurers tersebut.
5)      PENGALIHAN RISIKO (RISK TRANSFER)
Alternatif lain dari manajemen risiko adalah memindahkan risiko ke pihak lain ( mentransfer risiko ke pihak lain). Pihak lain tersebut biasanya mempunyai kemampuan yang lebih baik untuk mengendalikan risiko, baik karena skala ekonomi yang lebih baik sehingga bisa mendiversifikasikan risiko lebih baik. Risiko transfer dilakukan melalui beberapa cara :
a.      Asuransi
b.      Hedging
c.       Incorporated
d.      Teknik lainnya
Fokus dan Timing Pengendalian Risiko
a.      Fokus pengendalian risiko
Pengendalian risiko bisa difokuskan pada usaha mengurangi kemungkinan (probability) munculnya risiko dan mengurangi keseriusan (severity) konsekuensi risiko tersebut.
Pemisahan ( separation ) dan duplikasi ( duplication ) merupakan dua bentuk umum metode untuk mengurangi keseriusan risiko. Contoh pemisahan adalah menyebar operasi perusahaan, sehingga terjadi kecelakaan kerja, karyawan yang menjadi korban akan terbatas.
Tentunya kita bisa menggunakan metode mengurangi kemungkinan munculnya risiko dengan penguranganseverity secara bersamaan.Sebagai contoh, dokter ahli bedah belajar metode baru dalam pembedahan yang lebih canggih dan lebih aman.Dengan metode baru tersebut, dokter tersebut bisa mengurangi probabilitas terkena risiko digugat akibat mal–praktik, dan juga sekaligus menurunkan severity tuntutan jika risiko gugatan terjadi.
b.      Timing pengendalian risiko
Dari sisi timing ( waktu ), pengendalian risiko bisa dilakukan sebelum, selama, dan sesudah risiko terjadi. Sebagai contoh, perusahaan bisa melakukan training untuk karyawannya mengenai peraturan, prosedur, dan teknik untuk menghindari kecelakaan kerja.Karena aktivitas tersebut dilakukan sebelum terjadinya kecelakaan kerja, maka aktivitas tersebut merupakan aktivitas sebelum risiko terjadi.

Pengendalian risiko juga bisa dilakukan pada saat terjadinya risiko. Sebagai contoh, kantong udara pada mobil secara otomatis akan mengembang jika terjadi kecelakaan. Pengendalian risiko bisa juga dilakukan setelah risiko terjadi.http://www.studibisnis.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar