Jumat, 03 Juni 2016

Manajemen Risiko

RESIKO KREDIT
Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko dari kerugian yang berhubungan dengan kemungkinan counterparty gagal melunasi kewajibannya; dengan kata lain ini adalah risiko debitur tidak membayar utangnya.

Contoh risiko kredit :
Bank A memberian pinjaman KPR kepada nasabah. Pada kasus ini ada risiko bahwa sebagian atau seluruh nasabahnya gagal membayar kewajibannya baik pokok maupun dan bunga KPRnya.

a.     Risiko kredit  muncul dari kemungkinan  bahwa  pinjaman yang diberikan oleh bank, atau obligasi yang dibeli oleh bank tidak dibayarkan kembali.
b.     Risiko kredit meluas mencakup non-performance dari suatu counterparty seperti gagal membayar suatu kontrak derivative
c.       Untuk  kebanyakan  bank, risiko  kredit  merupakan  risiko terbesar yang dihadapinya. Biasanya margin yang dikenakan pada pinjaman kecil dibandingkan dengan total pinjaman sehingga kerugian dari risiko kredit ini dapat menguras modal bank dengan cepat.

Metode Mengelola Risiko Kredit
Bank menggunakan berbagai teknik dan kebijakan yang berbeda untuk mengelola risiko kredit dalam upaya meminimalkan kemungkinan atau konsekuensi kehilangan kredit (dikenal sebagai mitigasi risiko kredit)

§  Grading models untuk pinjaman individu
§  Loan portfolio management
§  Securitization
§  Collateral
§  Cash flow monitoring
§  Recovery management

Grading models
                     Bank dapat membuat grading models yang rinci untuk kredit, yang digunakan untuk menentukan kemungkinan terjadinya gagal bayar (default) dan menetapkan besarnya probabilitas gagal bayar tersebut (dikenal dengan istilahprobability of default - PD). Hal ini dapat digunakan bank untuk memastikan pinjaman yang diberikan tidak terkonsentrasi pada kualitas pinjaman yang rendah dengan angka probabilitas gagal bayar yang tinggi.                  Basel II secara rinci memaparkan tentang grading models sebagai bagian dari kerangka kerja (framework) risiko kredit.

Grading Models – Contoh : A single factor grading model
a.       Bank A memberikan  KPR  kepada  nasabah. Untuk  mengurangi  risiko kredit, bank  membuat grading modelsederhana. Pada kasus ini Bank A menggolongkan pinjaman berdasarkan besarnya presentase pinjaman terhadap nilai properti dari debitur.
b.      Bank kemudian menghitung probabilitas setiap kelompok pinjaman yang menyebabkan kerugian dan menyesuaikan kebijakan penetapan pricing dari pinjaman untuk memastikan portofolio pinjaman sudah sesuai dengan tipe pinjaman.
c.       Bank memperkirakan kerugian potensial dari pinjaman  yang  diberikan  sebesar  50%  dari  nilai properti akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan pinjaman dengan rasio 100%. Bank dapat menyesuaikan kembali pricing dari pinjaman untuk mengoptimalkan hasil terhadap risiko pengembaliannya.

Loan portfolio management
§    Bank dapat mengukur portofolio pinjaman untuk memastikan bahwa pinjaman tersebut tidak terkonsentrasi pada industri tertentu atau kawasan geografi tertentu.
§    Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa portofolio kredit terdiversifikasi secara baik, yang artinya risiko sistemik terjadinya gagal bayar adalah rendah.
§     Bentuk analisis terhadap risiko konsentrasi kredit ini dikenal dengan cohort analysis dan dapat diaplikasikan untuk pinjaman korporasi dan perorangan.

Securitization
§     Salah satu teknik yang digunakan oleh bank untuk membatasi kerugian akibat goncangan ekonomi adalah dengan cara menjadikan sebagian portofolio kreditnya menjadi suatu ‘paket’ yang dapat dijual sebagai surat berharga (securities) kepada investor. Proses ini disebut securitization.
§  Sekutirisasi dilakukan terhadap eksposur kredit yang mempunyai risiko tinggi atau yang memiliki konsentrasi risiko yang tinggi pada sektor tertentu.
§  Dengan cara ini, Bank dapat menggunakan dana yang diperoleh dari penjualan aset tersebut dan menginvestasikannya dalam bentuk aset lain yang risikonya rendah.

Colateral
a.       Colateral  didefinisikan  sebagai  aset  yang  dijanjikan  oleh  debitur  sebagai  jaminan  terhadap pinjaman atau kredit lainnya yang dapat disita apabila terjadi gagal bayar (default). Colateral mempunyai peran penting dalam kebijakan kredit suatu bank. Colateral dapat berbentuk berbagai jenis, mulai dari yang paling jelas yaitu uang, maupun yang paling banyak digunakan yaitu bangunan (property).
b.      Adalah  penting  bagi bank untuk memastikan colateral yang ada dapat mengurangi risiko kredit pada saat debitur gagal bayar. Banyak bentuk colateral yang spesifik terhadap bisnis yang dilakukan.
c.       Jika  suatu  usaha  terbukti  tidak  menguntungkan  maka  aset  yang  dijaminkan  oleh peminjam mungkin juga memiliki nilai yang rendah. Jadi bank harus memastikan bahwa suatu jaminan akan tetap mempunyai nilai yang tinggi bila terjadi gagal bayar(default).

Colateral – Contoh
§  Bank A memberikan pinjaman kepada pabrik mobil dan mendapatkan pabrik dan peralatannya sebagai jaminan. Akibat rendahnya penjualan maka pabrik mobil tersebut mengalami kerugian dan gagal dalam pengembalian pinjaman. Bank A lalu mengambil haknya atas pabrik dan peralatan, tetapi mendapatkan kenyataan bahwa nilai jual peralatan dan pabrik jauh menurun, akibat kondisi industri mobil pada umumnya. Nilai kolateral tersebut jatuh jauh dibawah nilai pinjaman sehinngga Bank A mengalami kerugian yang cukup besar.
§  Basel I sangat terbatas memperhitungkan beberapa jenis colateral. Akan tetapi Basel II dapat meperhitungkan berbagai jenis colaretal, khususnya pada metode advanced Internal Rating-Based (IRB).

Cash flow monitoring
§  Banyak bank yang menderita kerugian akibat kredit macet mendapatkan petunjuk bahwa respon yang cepat terhadap situasi memburuknya kualitas kredit ternyata dapat mengurangi kerugian yang lebih besar.
§  Bank berusaha menurunkan risiko kredit dengan cara:
a.       Membatasi besarnya exposure (dikenal sebagai exposure at default – EAD);
b.      Memastikan bahwa debitur memberikan respon yang cepat terhadap perubahan keadaan;
§  Banyak produk kredit yang memberikan perhatian khusus pada cash flow dari perusahaan dan individu yang tercermin pada rekening banknya.

Recovery management
1.      Banyak bank mendapatkan bahwa suatu pengelolaan yang efisien terhadap pinjaman yang default dapat memberikan tingkat pengembalian (recovery rate) yang tinggi. Karena itulah bank membentuk unit khusus untuk menangani masalah recovery ini sebagai bagian penting dari proses manajemen risiko kredit.
2.      Loss Given Default (LGD) menunjukkan estimasi kerugian akibat debitur gagal bayar. Penetapan dari LGD dan pengelolaanya mempunyai peranan besar dalam penggunaan metode Internal Rating-Based Approaches untuk menghitung modal minimum dari komponen risiko kredit.
3.      Nilai LGD dalam metode Advanced IRB Approach secara langsung dihitung oleh bank.


INSTRUMEN DERIVATIF
Dalam dunia keuangan (finance), derivatif adalah sebuah kontrak bilateral atau perjanjian penukaran pembayaran yang nilainya diturunkan atau berasal dari produk yang menjadi "acuan pokok" atau juga disebut " produk turunan" (underlying product); daripada memperdagangkan atau menukarkan secara fisik suatu aset, pelaku pasar membuat suatu perjanjian untuk saling mempertukarkan uang, aset atau suatu nilai disuatu masa yang akan datang dengan mengacu pada aset yang menjadi acuan pokok.
Derivatif digunakan oleh manajemen investasi/ manajemen portofolioperusahaan dan lembaga keuangan serta investor perorangan untuk mengelola posisi yang mereka miliki terhadap risiko dari pergerakan harga saham dan komoditassuku bunga, nilai tukar valuta asing "tanpa" memengaruhi posisi fisik produk yang menjadi acuannya (underlying).
Ada banyak sekali instrumen finansial yang dapat dikategorikan dalam kelompok derivatif namun opsi / kontrak berjangka dan swap adalah yang umum dikenal.
  • Opsi
Opsi adalah kontrak di mana salah satu pihak menyetujui untuk membayar sejumlah imbalan kepada pihak yang lainnya untuk suatu "hak" (tetapi bukan kewajiban) untuk membeli sesuatu atau menjual sesuatu kepada pihak yang lainnya; misalnya saja ada seseorang yang khawatir bahwa harga dari stok XXX akan turun sebelum ia sempat menjualnya, maka ia membayar imbalan kepada seseorang lainnya (ini disebut "penjual" opsi jual /put option) yang menyetujui untuk membeli stok daripadanya dengan harga yang ditentukan di depan (strike price). Pembeli menggunakan opsi ini untuk mengelola risiko turunnya nilai jual dari stok XXX yang dimilikinya, dilain sisi si pembeli opsi mungkin saja menggunakan transaksi opsi tersebut untuk memperoleh imbalan jasa dan mungkin telah memiliki suatu gambaran bahwa nilai jual XXX tersebut tidak akan turun.
Sebagai lawan dari opsi jual adalah opsi beli atau biasa disebut call option di mana pada opsi beli ini memberikan opsi kepada pembeli opsi hak untuk membeli aset acuan (underlying asset) pada suatu tanggal yang disepakati dengan harga yang telah ditetapkan atau yang dikenal dengan istilah option strike
  • Swap
Swap adalah istilah asing yang maknanya adalah "pertukaran" namun di Indonesia istilah juga digunakan secara umum.
Perjanjian swap adalah transaksi pertukaran dua valuta melalui pembelian atau penjualan tunai (spot) dengan penjualan/pembelian kembali secara berjangka yang dilakukan secara simultan dengan bank yang sama dan pada tingkat premi atau diskon dan kurs yang dibuat dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan.
Derivatif dapat mengacu pada pada berbagai jenis aset seperti misalnya komoditisaham atau obligasisuku bunga, nilai tukar mata uang atau indeks ( seperti indeks pasar sahamindeks harga konsumen (CPI-Consumer Price Index), atau bahkan indeks kondisi cuaca ataupun derivatif lainnya). Tampilan dari aset termaksud dapat menetapkan harga ataupun saat pembayaran.
Kegunaan utama dari derivatif ini adalah untuk mengalihkan risiko ataupun mengambil suatu risiko tergantung apakah posisinya sebagai hedger (pelaku lindung nilai) atau spekulator. Bermacam-macam rentang nilai antara aset acuan dan alternatif pembayaran menghasilkan beraneka kontrak derivatif yang diperdagangkan di pasaran. Jenis utama derivatif adalah kontrak berjangka (futures), kontrak serah (forward), opsi dan swap.

Kegunaan derivatif

Asuransi dan lindung nilai

Salah satu kegunaan derivatif adalah sebagai suatu alat untuk mengalihkan risiko. Contohnya, petani dapat menjual kontrak berjangka atas hasil panenan kepada spekulator sebelum panen dilakukan. Si petani melakukan lindung nilai atas risiko naik atau turunnya harga panenan dan si spekulator menerima pengalihan risiko ini dengan harapan imbalan yang besar. Sipetani mengetahui secara pasti nilai jual hasil panen yang akan diperolehnya kelak dan si spekulator akan memperoleh keuntungan apabila harga jual mengalami kenaikan namun apabila harga jual mengalami penurunan maka ia akan mengalami kerugian.

Spekulasi dan arbitrasi

Arbitrasi atau juga dikenal dengan istilah asing "arbitrage" ini bisa diartikan sebagai suatu tindakan mengambil keuntungan dengan memanfaatkan perbedaan antara satu aset acuan dan aset acuan lainnya misalnya dengan memanfaatkan perbedaan antara nilai Indeks LQ-45 (ILQ-45) di Bursa Efek Jakarta ( spot market ) dan nilai ILQ-45 pada KBIE diBursa Efek Surabaya ( futures market ), jadi selain mengambil posisi di BES, juga harus mengambil posisi di BEJ sehingga secara simultan mengambil posisi yang berlawanan antara di BEJ dan BES.
spekulator dapat bertransaksi dengan spekulator lainnya juga dengan orang yang membutuhkan lindung nilai (hedger). Pada umumnya transaksi pasar pasar derivatif lebih didominasi oleh perdagangan spekulatif daripada perdagangan lindung nilai dalam artian yang sesungguhnya.

Jenis kontrak derivatif

Terdapat dua jenis kontrak derivatif yang dikenali dari cara perdagangannya di pasar yaitu :
  • Derivatif yang ditransasikan di luar bursa
atau dikenal juga dengan istilah "(Over-the-counter (OTC) derivatives) adalah merupakan suatu kontrak bilateral ( melibatkan dua pihak) yang dilakukan di luar bursa ataupun tanpa menggunakan pialang (transaksi langsung antara para pihak). Beberapa produk seperti swap, kontrak serah nilai tukar, dan opsi eksotik (exotic option) yaitu suatu derivatif yang menggunakan fitur sehingga menjadi lebih rumit daripada derivatif yang umum diperdagangkan, misalnya opsi vanila seringkali diperdagangkan tanpa melalui bursa (OTC).
Pasar transaksi derivatif tanpa melalui bursa (OTC) ini sangat besar sekali.
  • Derivatif yang diperdagangkan di bursa
atau disebut juga Exchange-traded derivatives adalah merupakan instrumen derivatif yang diperdagangkan pada bursa perdagangan khusus derivatif (bursa berjangka) ataupun bursa lainnya. Bursa derivatif menjalankan perannya sebagai perantara atas transaksi terkait dan memungut marjin awal (initial margin) dari kedua belah pihak yang melakukan transaksi sebagai jaminan.

Contoh derivatif

TurunanJenis Kontrak
Bursa perdagangan berjangkaBursa perdagangan opsiTransaksi swap di luar bursaTransaksi kontrak serah(forward)di luar bursaTransaksi opsi di luar bursa
Indeks Ekuitas*Indeks berjangka DJIA
*Indeks berjangka NASDAQ
*Opsi pada bursa berjangka Indeks DJIA
*Opsi pada bursa berjangka Indeks NASDAQ
Swap ekuitasBack-to-backn/a
Pasar uang* Eurodolar
* Euribor berjangka
*Opsi berjangka Eurodollar
*Opsi berjangka Euribor
Swap suku bungaKontrak serah kurs*Suku bunga cap danfloor 
*Opsi swap (Swaption)
* Swap basis )
ObligasiObligasi berjangkaOpsi berjangka obligasin/aPerjanjian pembelian kembaliOpsi obligasi
Sahamperdagangan berjangka sahamOpsi sahamSwap ekuitasPerjanjian pembelian kembali*Opsi saham
*Waran
*Waran turbo
Bursa valuta asingPerdagangan valuta asing berjangkaOpsiPerdagangan valuta asing berjangkaSwap mata uangKontrak serah valuta asingOpsi valuta asing
Kreditn/an/aSwap kreditn/aOpsi kredit
Contoh lain turunan adalah :
  • Derivatif ekonomi: nilai pembayarannya berdasarkan data ekonomi sebagaimana yang dikeluarkan oleh biro statistik suatu negara
  • Derivatif energi :nilai pembayarannya berdasarkan berbagai variasi indeks harga energi, biasanya diklasifikasikan secara fisik atau secara keuangan di mana secara fisik adalah suatu perjanjian yang merupakan penyerahan fisik dari komoditas energi yang menjadi turunan (minyak bumi, gas,listrik, dan lain lain)
  • Komoditi
  • Derivatif pengangkutan (freight derivatives)
  • Derivatif inflasi (inflation derivatives)
  • Derivatif asuransi (insurance derivatives)
  • Derivatif cuaca (weather derivatives)
  • Derivatif kredit (Credit derivatives)
  • Derivatif olahraga (sports derivatives)
  • Derivatif properti (Property derivatives)

RISIKO OPERASIONAL
  1. DEFINISI RISIKO OPERASIONAL
Setiap hari perusahaan menghadapi berbagai macam risiko. Risiko-risiko yang dihadapi seperti, barang yang diproduksi tidak dapat dijual karena tidak diminati oleh konsumen, harga bahan baku yang tiba-tiba meningkat sehingga perusahaan harus membayar lebih mahal dari yang diperkirakan, piutang-piutang perusahaan yang tidak dapat tertagih, kecolongan keuangan karena karyawan yang tidak jujur, produksi yang macet karena mesin rusak, barang yang diproduksi tidak sesuai dengan kualitas yang diharapkan, dan lain-lain kejadian yang dapat merugikan perusahaan.
Risiko perusahaan bahkan menjadi semakin besar dengan semakin beraneka ragam barang yang diproduksi perusahaan dan semakin kompleks pekerjaan yang dilakukan, atau semakin banyak transaksi yang terjadi. Dengan kata lain, semakin kompleks aktivitas yang dilakukan, semakin besar risiko operasional yang dihadapi.
Risiko oprasional merupakan risiko yang umumnya bersumber dari masalah internal perusahaan. Risiko ini terjadi disebabkan oleh lemahnya sistem kontrol manajemen yang dilakukan oleh internal perusahaan.
Basel II Capital Accord mendefinisikan risiko operasional sebagai risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau tidak berjalannya proses internal, manusia dan sistem, serta sebagai akibat dari kejadian eksternal dan hukum. Walaupun risiko ini dapat diterapkan pada semua jenis organisasi bisnis, keterkaitan utamanya adalah pada bidang perbankan yang regulatornya bertanggung jawab untuk menciptakan pengamanan sebagai perlindungan tehadap kegagalan sistem perbankan dan ekonomi. Risiko oprasionalmencakup pula risiko hukum tapi mengecualikan risiko strategi yaitu risiko kerugian karena buruknya keputusan strategi bisnis. Definisi ini juga mengecualikan risiko reputasi walaupun disadari bahwa suatu kerugian oprasional yang cukup besar tapi tidak fatal juga dapat mempengaruhi reputasi dan dapat membawa dampak lanjutan pada keruntuhan bisnis dan kegagalan organisasi.
Risiko operasonal dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan kerugian potensial atas hilangnya kesempatan memperoleh keuntungan. Risiko ini merupakan risiko yang melekat (inherent) pada setiap aktivitas fungsional, seperti kegiatan perkreditan (penyediaan dana), tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen, dan pengelolaan sumber daya manusia.
Risiko operasional bukanlah hal baru walaupun disadari merupakan risiko yang paling akhir terdefinisikan dalam Basel II. Definisi risiko operasional dalam Basel II adalah termasuk risiko hukum, namun tidak mencakup risiko bisnis, strategis dan reputasi.
  1. KARAKTERISTIK RISIKO OPRASIONAL
Berbagai bentuk risiko operasional, seperti penipuan, telah dikelola secara aktif melalui teknologi, pengendalian dan sistem keamanan yang digunakan pada sebagian perusahaan. Dalam Basel II ditambah mengenai manajemen risiko operasional, dimana suatu perusahaan disyaratkan untuk mengkuantifikasi, mengukur, dan mengalokasi modal untuk menutupi risiko operasional sebagaimana halnya risiko kredit dan risiko pasar.
Risiko operasional dulu dikelola secara informal, sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari seorang manajer, yang tak pernah memikirkan bahwa sebetulnya pekerjaannya merupakan praktek dari manajemen risiko. Selain itu, pengelolaan risiko operasional umumnya dilakukan oleh bidang audit dan kepatuhan. Namun seringkali risiko operasional ini terlambat diidentifikasikan, karena audit menilai berdasarkan past performance.
Oleh sebab itu, masalah risiko operasional harus dikelola sebagai bagian manajemen risiko perusahaan. Risiko operasional seringkali terkait dengan risiko kredit dan risiko pasar, kegagalan risiko operasional dalam kondisi pasar yang tertekan mempunyai potensi menimbulkan kerugian yang besar. Jika risiko operasional tidak dikelola sebagai disiplin risiko yang berbeda, dapat mengabaikan masalah risiko yang penting, serta bisa dalam mengukur kinerja, yang berakibat pada risiko keputusan manajemen yang kurang tepat, karena informasi yang tidak akurat.
Unit kerja operasional, seharusnya merupakan unit yang paling memahami risiko yang akan dihadapi. Unit operasional harus aktif dan secara langsung melakukan identifikasi, menilai dan mengukur risiko yang ada, mengendalikan risiko, serta mematuhi limit yang telah ditetapkan oleh Unit Kerja Manajemen Risiko. Unit kerja operasional juga harus melaporkan kepada atasan langsung setiap ditemukan pelanggaran yang terjadi.
Terdapat empat jenis kejadian risiko operasional berdasarkan frekuensi dan dampak, yaitu :
  1. Low Frequency/Low Impact (LF/LI) – jarang terjadi dan dampaknya rendah.
  2. Low Frequency/High Impact (LF/HI) – jarang terjadi namun dampaknya sangat besar.
Sangat sulit untuk diantisipasi dan diprediksi serta memiliki potensi untuk menyebabkan kerugian yang besar.
  1. High Frequency/Low Impact (HF/LI) – sering terjadi namun dampaknya rendah.
Jenis risiko ini dikelola untuk meningkatkan efisiensi kegiatan usaha yang pada umumnya sudah diantisipasi dan dianggap sebagai biaya pelaksanaan kegiatan usaha.
  1. High Frequency/High Impact (HF/HI) – sering terjadi dan dampaknya sangat besar.

Secara umum manajemen risiko operasional memfokuskan kepada dua jenis kejadian, yaitu :
  1. Low frequency/high impact (LF/HI)
  2. High frequency/low impact (HF/LI)
Perusahaan mengabaikan suatu kejadian yang memiliki low frequency/low impact karena membutuhkan biaya yang lebih besar untuk mengelolah dan memantau dibandingkan kerugian yang timbul bila terjadi. High frequency/high impact events tidak relevan karena bila kejadian ini terjadi perusahaan (khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan) secara cepat akan menderita kerugian yang besar dan harus menghentikan usahanya. Kerugian ini juga tidak berkelanjutan dan pengawas akan mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan praktek-praktek bisnis yang buruk. High frequency/low impact events dikelola dengan meningkatkan efisiensi usaha. Kejadian ini umumnya sudah dipahami dan dianggap sebagai ‘the cost of doing business’.

  1. BENTUK-BENTUK RISIKO OPRASIONAL
Risiko oprasional ini tentu saja tidak muncul secara sendirinya tanpa ada faktor yang dapat mempengaruhinya. Adapun faktor yang membentuk risiko oprasional yaitu :
  1. Risiko pada Komputer
Risiko pada bidang komputer bisa terjadi karena berbagai faktor seperti faktor masuknya virus yang disebabkan oleh proteksi software yang tidak memadai. Komputer yang dalam praktiknya menggunakan jaringan internet paling rentan terhaadap risiko ini. Tidak hanya itu, faktor human error juga turut melatarbelakangi risiko ini seperti kesalahan pemakaian dan tidak stabilnya tegangan listrik. Oleh karena hal tersebut, maka dalam suatu perusahaan perlu seorang ahli IT yang tangguh dan berkualitas sehingga bilamana risiko ini timbul perusahaan dapat menanggulanginya.
Risiko-risiko yang timbul dalam bidang komputer :
  1. Terjadinya perubahan data-data komputer karena faktor terserang oleh virus. Solusinya, untuk setiap komputer perlu adanya backup data yang dianggap penting dan memproteksi komputer dari hardware asing.
  2. Komputer adalah tehnologi yang selalu mengalami perubahan terutama program yang ditawarkan maka perlu personel yang memiliki kualitas IT tinggi agar bisa menghindari risiko dikemudian hari.
  3. Komputer adalah masuk dalam kategori IT yang memiliki nilai pasar yang tinggi, sehingga setiap pergantian perangkat komputer dan biaya tenaga ahlinya akanmembutuh biaya yang tinggi.
  1. Kerusakan Maintenance Pabrik
Perusahaan yang memiliki mesin sangat mengandalkan pada kualitas peralatannya dalam menunjang produksi, maka biaya pada pemeliharaan dan perawatan dan penggantian peralatan pabrik bersifat rutin. Disisi lain kehadiran teknisi yang alhi dalam mengoprasikan dan cukup mengerti mengenai mesin tersebut sangat dibutuhkan.
Risiko yang ditanggung saat timbulnya kerusakan maintenance pabrik :
  1. Terhentinya aktivitas produksi selama beberapa saat. Solusinya, bahwa setiap perusahaan disarankan untuk selalu menyediakan mesin cadangan beserta suku cadangnya agar aktifitas produksi tidak terbuang percuma.
  2. Biaya service dengan mendatangkan tenaga ahli, jika perusahaan tidak memilikinya.
  3. Biaya penggantian dalam bentuk pembelian baru beberapa peralatan pabrik.
  1. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja terjadi pada saat perusahaan tidak menerapkan dan memberlakukan suatu konsep keselamatan dan jaminan bekerja sesuai dengan aturan dan ketentuan yang berlaku.
Bentuk Risiko kecelakaan yang akan dialami perusahaan :
  1. Perusahaan harus memperbaiki sistem manajemen kerja yang telah diterapkan karena dianggap tidak efektif.
  2. Bila kecelakaan kerja sering terjadi dan dapat sorotan pers maka akan berakibat turunnya reputasi perusahaan dimata konsumen dan mitra bisnis.
  3. Bila perusahaan tidak menerapkan keselamatan kerja maka saat mengajukan pinjaman ke perbankan akan mengalami kendala.
  1. Kesalahan dalam Pembukuan Secara Manual (manual risk)
Risiko dalam bidang pembukuan secara manual terjadi karena beberapa sebab :
  1. Pembukuan secara manual ditulis atau dicatat dikertas akan cepat rusak.
  2. Jika kesalahan dalam pencatatan secara manual maka penyelesaian dan pencarian sumber masalah dilakukan secara manual.
  3. Proses penyusunan pembukuan berlangsung dengan waktu yang lama sehingga pekerjaan tidak efisien dan efektif.
  1. Kesalahan Pembelian Barang dan Tidak ada Kesepakatan Barang Ditukat Kembali
Risiko ini timbul karena tidak adanya kesepakatan mengenai syarat dan ketentuan dalam hal jual-beli barang, seperti ketentuan dalam hal retur barang serta kesepakatan lainnya. Adapun risiko kerugian yang akan ditanggung perusahaan sebagai berikut :
  1. Bila barang yang dibeli untuk dijual kembali tidak laku dijual perusahaan akan menggalami kerugian.
  2. Bila ada barang sisa yang tidak dapat ditukar dengan yang baru, maka memaksa perusahaan menjual dengan harga murah. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan barang bila terlalu lama disimpan.
  3. Perusahaan tidak bisa melakukan penghematan biaya.
  1. Pegawai Outsourcing
Pegawai outsourcing adalah pegawai yang disediakan oleh suatu lembaga penyedia pegawai yang kemudian oleh lembaga penyedia pegawai akan ditawarkan ke perusahaan untuk diperkerjakan dengan kontrak.
Alasan Perusahaan menerapkan sistem Outsourcing yaitu :
  1. Biaya yang dikeluarkan lebih murah karena tinggal menghubungi lembaga penyalur kerja.
  2. Pegawai outsourcing lebih siap kerja karena sudah dipersiapkan.
  3. Perusahaan hanya bertanggung jawab kepada lembaga penyalur tenaga kerja sesuaikesepakatan.
  4. Tidak ada biaya tetap yang harus ditanggung perusahaan seperti uang pension dan pesangon.
  5. Perusahaan dengan mudah mengganti karyawan setelah habis kontrak.
Ada beberapa risiko yang harus ditanggung perusahaan ketika menerima pegawai outsourcing :
  1. Tidak punya rasa tanggung psikologis untuk menjaga perusahaan karena pegawai tersebut lebih bertanggung jawab pada penyalur.
  2. Rahasia perusahaan selama ia bekerja mungkin diketahui publik bila ia tidak lagi bekerja diperusahaan.
  1. Globalisasi dalam Konsep dan Produk
Era globalisasi telah memberikan perubahan bagi konsep bisnis pada seluruh sektor bisnis, baik financial dan non financial sehingga penciptaan konsep produk dibuat untuk bisa menampung keinginan globalisasi tersebut, jika tidak artinya produk tersebut tidak akan laku di pasaran secara baik. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu dilakukan pelatihan dan pendidikan bagi para karyawan agar mengetahui konsep dan cara berfikir global yang kemudian akan tertuang dalam bentuk hasil produk.

  1. PERISTIWA RISIKO OPRASIONAL
Basel II mengelompokkan peristiwa dalam risiko oprasional ke dalam 5 kelompok, yaitu :
        1. Resiko proses internal
        2. Risiko Manusia
        3. Risiko sistem
        4. Risiko Eksternal
        5. Risiko Hukum
  1. Risiko Proses Internal (Internal Process Risk)
Risiko yang terkait dengan kegagalan dari suatu proses atau prosedur seperti :
  1. Kesalahan, ketidaklengkapan dan ketidaktepatan dokumentasi
  2. Kurang pengawasan
  3. Kesalahan pemasaran
  4. Kesalahan penjualan
  5. Praktek pencucian uang
  6. Kesalahan atau ketidaktepatan pelaporan
  7. Prosedur yang tidak sesuai dengan regulasi
  8. Kesalahan transaksi
  1. Risiko Sumber Daya Manusia (People Risk)
Suatu risiko yang berhubungan dengan karyawan atau lebih tepatnya dapat dikatakan sebagai oknum karyawan. Sebab terjadinya risiko ini yaitu : kesalahan manusia, pegawai yang tidak kompeten, adanya niat jahat, kehilangan karyawan kunci, dan penipuan.
  1. Risiko Sistem (Systems Risk)
Suatu risiko yang berhubungan dengan penggunaan sistem dan teknologi perusahaan sangat tergantung pada sistem dan teknologi yang digunakan untuk membantu kegiatan sehari-hari. Penyebab munculnya risiko system yaitu :
  1. Keruksakan dan kehilangan data
  2. Kesalahan dalam proses memasukan data
  3. Ketidakcukupan dalam pengawasan perubahan sistem
  4. Ketidakcukupan pengawasan pekerjaan yang terkait dengan sistem
  5. Kesalahan dalam proses program
  6. Ketergantungan pada teknologi dan kepercayaan terhadap sistem internal tanpa adanya evaluasi
  7. Ganguan pelayanan akibat kegagalan sistem, baik sebagian atau keseluruhan
  8. Masalah sistem keamanan
  9. Ketidaksesuaian sistem
  10. Penggunaan teknologi baru yang belum teruji
  1. Resiko Eksternal (Eksternal Risk)
Risiko yang berhubungan dengan peristiwa yang terjadi yang berada diluar kekuasaaan langsung dari perusahaan seperti bencana alam, terorisme,pemogokan masal, unjuk rasa dan kerusuhan, resesi dan krisis ekonomi, krisis politik, sengketa antar negara dan perang.
  1. Resiko Hukum (Legal Risk)
Risiko hukum berasal dari ketidakpastian tindakan hukum atau ketidakpastian dalam menginterpretasikan atau mengaplikasikan kontrak, hukum dan peraturan. Risiko hukum memilki dua aspek, yaitu ketidakpastian yang bersumber pada tuntutan hukum yang dilakukan oleh stakeholder dan ketidakpastian legislasi, interprestasi dan proses pengadilan.

  1. PENGUKURAN RISIKO OPRASIONAL
Pengukuran risiko operasional dapat dilakukan dengan menepatkan tingkatan dari setiap bentuk risiko yang terjadi. Yaitu semakin tinggi risiko maka semakin tinggi kemungkinana untuk memperoleh return yang diharapkan (actual return), dengan asumsi risiko dan return bersifat linear.


Hubungan Expected Return dan Standar Deviasi
dalam Perspektif Risiko Oprasional
Keterangan :
E(R) = Expected return atau keuntungan yang diharapkan
       = Standar deviasi atau simpangan baku. Simpangan baku di sini sering diartikan dengan tingkat risiko, yaitu semakin besar simpangan bakunya maka semakin besar risiko yang akan terjadi.

Pada gambar diatas dapat dilihat hubungan antara E(R) dan σ. Dimana setiap titik-titik dan wilayah menjelaskan :
  1. Posisi I adalah dimana E(R) berada di posisi yang tertinggi dan σ juga berada diposisi yang tertinggi dalam artian semakin tinggi pengharapan pada E(R) maka semakin tinggi kemungkinan terjadinya risiko. Dengan kata lain E(R) bersifat searah (linier) dengan risiko yang diterima.
  2. Posisi II adalah dimana E(R) pada rendah dan σ pada posisi tinggi atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat tidak searah (nonlinier).
  3. Posisi III adalah dimana E(R) berada pada posisi rendah dan σ juga berada pada posisi rendah atau dengan kata lain E(R) dan σ bersifat searah (linier).
  4. Posisi IV adalah dimana E(R) berada pada posisi tinggi dan σ berada pada posisi rendah atau E(R) dan σ bersifat tidak searah (non linier).
  5. Posisi M adalah posisi yang dianggap sebagai titik optimal untuk kondisi E(R) danσ.
  1. BIAYA RISIKO OPERASIONAL                                                                 Untuk mengatasi risiko operasional perusahaan membuat analisa yang mencakup :
  1. Menghitung dan memetakan bentuk risiko yang sedang dan akan dihadapi.
  2. Menghitung berapa biaya yang harus di alokasikan menyangkut pengelolahan risiko.
  3. Memutuskan pembentukan mekanisme seperti apa yang layak diterapkan untuk mengelola resiko.
  4. Memutuskan dari mana sumber dana yang akan dialokasikan untuk mendukung penyelesaian risiko operasional.
  1. RISIKO OPERASIONAL DAN MODAL KERJA
Pemahaman risiko operasional berhubungan dengan modal kerja yang dikeluarkan oleh karena itu perlu dilakukan pembuatan pembukuan dengan tujuan :
  1. Dapat dijadikan sebagai laporan pertanggung jawaban pada pimpinan.
  2. Dapat dijadikan sebagai alat prediksi dalam memperkirakan berbagai kebutuhan perusahaan untuk jangka panjang.
  3. Sebagai pedoman bagi berbagai pihak yang berkepentingan untuk melihat kondisi perusahaan dalam menjalankan aktifitasnya.
  4. Sebagai bahan rekomendasi seorang investor dalam mengambil keputusan.

ASURANSI
MANAJEMEN RESIKO
Perusahaan pada umumnya memiliki tujuan dalam mengimplementasikan manajemen resiko. Tujuan yang ingin dicapai adalah : mengurangi pengeluaran, mencegah perusahaan dari kegagalan, menaikkan keuntungan perusahaan, menekan biaya produksi dan sebagainya. Apa itu ‘manajemen resiko’?
Manajemen risiko adalah proses pengelolaan risiko yang mencakup identifikasi, evaluasi dan pengendalian risiko yang dapat mengancam kelangsungan usaha atau aktivitas perusahaan.
Penjabaran definisi manajemen resiko dari beberapa ahli :
Menurut Smith, 1990 Manajemen Resiko didefinisikan sebagai proses identifikasi, pengukuran,dan kontrol keuangan dari sebuah resiko yang mengancam aset dan penghasilan dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian pada perusahaan tersebut.

Menurut Clough and Sears, 1994, Manajemen risiko didefinisikan sebagai suatu pendekatan yang komprehensif untuk menangani semua kejadian yang menimbulkan kerugian.

Tahapan dalam manajemen resiko adalah :
1.    Identifikasi resiko
2.    Analisa dan Evaluasi resiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan frekuensinya
3.    Pengendalian resiko, dimana dalam Pengendalian resiko ini terbagi menjadi dua :

a.    Pengendalian Fisik (Resiko dihilangkan/diminimalisir)
Menghilangkan risiko berarti menghapuskan semua kemungkinan terjadinya kerugian;
contoh : dalam mengendarai mobil di musim hujan, kecepatan kendaraan dibatasi maksimum 60 km/jam. Meminimasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian;

b.   Pengendalian Finansial (Resiko ditahan, resiko ditransfer)
Menahan resiko berarti menanggung keseluruhan atau sebagian dari risiko, misalnya dengan cara membentuk cadangan dalam perusahaan untuk menghadapi kerugian yang bakal terjadi (retensi sendiri).Sedangkan pengalihan/transfer resiko dapat dilakukan dengan memindahkan kerugian/resiko yang mungkin terjadi kepada pihak lain, contohnya mengalihkan resiko kepada perusahaan asuransi.

ASURANSI

Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian resiko yang dilakukan dengan cara mengalihkan/transfer resiko dari satu pihak kepada pihak lain dalam hal ini adalah perusahaan asuransi.

Berikut ini akan saya jabarkan pengertian asuransi :
Menurut KUHD pasal 246 disebutkan bahwa “asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan dirikepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk penggantian kepadanya karena suatu kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tidak tentu”

Menurut Prof. Mehr dan Cammack “Asuransi merupakan suatu alat untuk mengurangi resiko keuangan, dengan cara pengumpulan unit-unit exposure dalam jumlah yang memadai, untuk membuat agar kerugian individu dapat diperkirakan. Kemudian kerugian yang dapat diramalkan itu dipikul merata oleh mereka yang tergabung”.

Menurut Prof. Mark R. Green “Asuransi adalah suatu lembaga ekonomi yang bertujuan mengurangi risiko, dengan jalan mengkombinasikan dalam suatu pengelolaan sejumlah obyek yang cukup besar jumlahnya, sehingga kerugian tersebut secara menyeluruh dapat diramalkan dalam batas-batas tertentu”.

Menurut C.Arthur William Jr dan Richard M. Heins, mendefinisikan asuransi berdasarkan dua sudut pandang, yaitu:
a.”Asuransi adalah suatu pengaman terhadap kerugian finansial yang dilakukan oleh seorang penanggung”
b.”Asuransi adalah suatu persetujuan dengan mana dua atau lebih orang atau badan  mengumpulkan dana untuk menanggulangi kerugian finansial”

Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan :
Asuransi artinya transaksi pertanggungan, yang melibatkan dua pihak, tertanggung dan penanggung. Dimana penanggung menjamin pihak tertanggung, bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau yang semula belum dapat ditentukan saat atau kapan terjadinya. Dimana si tertanggung di wajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung, yang biasa disebut sebagai “premi”.
Pada saat seseorang mengalihkan resikonya kepada perusahaan asuransi sebagai penanggung, maka pertanyaan selanjutnya adalah, apakah semua resiko dapat diasuransikan?? Tidak semua resiko dapat diasuransikan.

Resiko yang dapat diasuransikan adalah :
1. Resiko yang dapat diukur dengan uang
2. Resiko homogen (risiko yang sama dan cukup banyak dijamin oleh asuransi)
3. Resiko murni (risiko ini tidak mendatangkan keuntungan)
4. Resiko partikular (risiko dari sumber individu)
5. Resiko yang terjadi secara tiba-tiba (accidental) bukan karena direncanankan, tetapi  murni karena misalnya meninggal karena kecelakaan
6. Insurable interest artinya tertanggung memiliki kepentingan atas obyek pertanggungan

PRINSIP DASAR ASURANSI

Dalam asuransi ada 6 macam prinsip dasar yang harus dipenuhi :
A.    Insurable interest
      Hak untuk mengasuransikan, yang timbul dari suatu hubungan keuangan, antara  tertanggung dengan yang diasuransikan dan diakui secara hukum.
B.    Utmost good faith
      Tindakan untuk mengungkapkan secara akurat dan lengkap, semua fakta yang material  (material fact) mengenai sesuatu yang akan diasuransikan baik diminta maupun tidak.
C.    Proximate cause
      adalah suatu penyebab aktif, efisien yang menimbulkan rantaian kejadian yang menimbulkan suatu akibat tanpa adanya intervensi suatu yang mulai dan secara aktif dari sumber yang baru dan independen.
D.    Indemnity
      Suatu mekanisme dimana penanggung menyediakan kompensasi finansial dalam upayanya menempatkan tertanggung dalam posisi keuangan yang ia miliki sesaat sebelum terjadinya kerugian
E.    Subrogation
      Pengalihan hak tuntut dari tertanggung kepada penanggung setelah klaim dibayar.
F.   Contribution
       Adalah hak penanggung untuk mengajak penanggung lainnya yang sama-sama menanggung, tetapi tidak harus sama kewajibannya terhadap tertanggung untuk ikut memberikan indemnity

Hubungan antara Manajemen Resiko dengan Asuransi
Dunia asuransi sudah sangat identik dengan manajemen risiko. Maklum, asuransi adalah salah satu teknik di dalam manajemen risiko. Perusahaan asuransi adalah perusahaan yang menerima pengalihan risiko dari tertanggung. Sehingga aktifitas keseharian perusahaan adalah mengelola risiko pihak lain.
Namun hingar bingar pelaksanaan manajemen risiko di dunia perbankan di tanah air, tidak serta merta merembet ke industri asuransi. Pemerintah, melalui Bank Indonesia (BI), mewajibkan bank umum menerapkan manajemen risiko. Peraturan BI nomor 5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003 dan Surat Edaran BI nomor 5/21/DPNP tanggal 29 September 2003 mencantumkan manajemen risiko pada delapan jenis risiko di industri perbankan.
Hingga saat ini bisa dipastikan hanya segelintir perusahaan asuransi yang secara formal mempunyai pedoman, kebijakan, atau prosedur manajemen risiko. Apakah dapat diartikan tidak ada penerapan manajemen risiko di dunia asuransi? Secara substansi, perusahaan asuransi telah melakukan prinsip-prinsip manajemen risiko, namun belum komprehensif.
Beberapa perusahaan asuransi yang berusaha menerapkan manajemen risiko, saat ini sedang mencari bentuk. Belum ada panduan pasti sehingga penerapan manajemen risiko masih meraba-raba, tidak seperti di perbankan. Jika BI menetapkan delapan jenis risiko di industri perbankan, namun baik pemerintah maupun asosiasi asuransi, belum menetukan jenis-jenis risiko di industri asuransi.
Berita baik berhembus dari Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang konon kabarnya sedang merencanakan penerapan manajemen risiko di perusahaan BUMN. Dengan demikian, diharapkan penerapan manajemen risiko di industri asuransi bisa dimotori asuransi pelat merah.
Membuat Pedoman
Tujuan penerapan manajemen risiko di industri asuransi pada dasarnya tidak berbeda dengan industri lainnya yakni agar dapat meminimalisir dan mengelola risiko yang berdampak negatif pada tujuan, visi, dan misi perusahaan. Dalam teori dasar manajemen risiko, tahapan-tahapannya adalah menentukan konteks (ruang lingkup dan tujuan), identifikasi risiko, analisa risiko, dan mengontrol risiko. Karena risiko bersifat dinamis, maka harus selalu dilakukan revieu dan monitoring.Untuk menerapkannya, maka diperlukan pedoman manajemen risiko yang bisa berisi kebijakan dan prosedur manajemen risiko. Selain itu harus ada pelaksananya sehingga diperlukan struktur organisasi manajemen risiko dan siapa saja yang terlibat di dalam penerapannya.
Untuk tiap jenis perusahaan bisa berbeda-beda bentuknya, baik kebijakan, prosedur, struktur organisasi, maupun orang-orang yang terlibat. Dalam hal struktur misalnya, untuk perusahaan besar mungkin memerlukan satu unit khusus untuk menangani menajemen risiko. Namun bagi perusahaan lain, fungsi-fungsi manajemen risiko bisa ‘ditempelkan’ pada unit-unit dalam perusahaan.
Tidak Hanya Risiko Underwriting
Dalam operasionalisasi perusahaan asuransi selama ini, surveyor adalah mereka yang dianggap berada di unit manajemen risiko. Tugasnya melakukan survey terhadap objek yang akan diasuransikan. Surveyor melakukan analisis terhadap objek tersebut dan menyimpulkan tingkat risikonya. Jika dianggap perlu, surveyor bisa merekomendasikan perbaikan (risk improvement) objek tersebut agar dilakukan oleh calon tertanggung. Rekomendasi ini dalam rangka mereduksi peluang risiko atau mengurangi dampaknya jika kerugian terjadi.
Survey risiko adalah salah satu aplikasi kontrol risiko dalam manajemen risiko yang diterapkan di dunia asuransi. Sejatinya, dunia asuransi dilingkari dengan risiko-risiko yang jika tidak ditangani secara benar, akan menganggu kelangsungan perusahaan. Tentu risiko utama terletak pada unit operasional.
Umumnya perusahaan asuransi memfokuskan pada seleksi risiko (underwriting). Jika berbicara risiko underwriting, manajemen risiko dilakukan sejak permintaan penutupan dari tertanggung, sampai keputusan menolak atau menerima pertanggungan. Tidak berhenti di situ, proses manajemen risiko harus dilakukan sampai penerbitan dan penyerahan polis kepada tertanggung.
Dalam perspektif holistik, pelaksanaan survey adalah bagian dari proses manajemen risiko underwriting. Survey juga merupakan aplikasi prinsip kehati-hatian (prudent underwriting) yang selalu menjadi paradigma para underwriter. Jika tidak, klaim bisa membengkak. Upaya lain proses manajemen risiko adalah penempatan reasuransi secara tepat kepada perusahaan reasuransi yang terpercaya.
Namun demikian tidak hanya itu risiko-risiko dalam perusahaan asuransi. Sama dengan perbankan yang tidak cuma menghadapi risiko kredit. Risiko pasar juga bisa menjadi ancaman. Ketidakpastian pasar dan kondisi perekonomian bisa menjadi masalah tersendiri bagi perusahaan asuransi yang harus bisa diperhitungkan dan dikendalikan secara cermat.
Dari sisi lain juga kita bisa lihat bahwa asuransi adalah bisnis jasa atau bisnis ‘penuh janji’. Perusahaan asuransi memasarkan produk intangible atau produk yang tidak bisa dilihat. Yang dijual adalah janji akan mengganti kerugian tertanggung jika memenuhi syarat dan ketentuan polis.
Ada risiko reputasi atau nama baik (brand name) yang jika tidak dikelola dengan tepat akan menjadi risiko yang mematikan (killer risk). Seperti diketahui bahwa sudah mulai ada anggapan bahwa asuransi itu kalau membayar premi bisa lewat ATM, tapi jika mengurus klaim lewat kantor polisi. Persepsi negatif ini perlu dieliminasi dengan teknik-teknik manajemen risiko yang tepat.
Secara keseluruhan, hampir di setiap unit dalam perusahaan asuransi menghadapi risiko. Untuk itu, manajemen risiko di asuransi nantinya tidak sekedar dalam bentuk kebijakan, prosedur, dan struktur organisasi. Penerapan manajemen risiko sebisa mungkin diarahkan menjadi budaya perusahaan. Dengan demikian harus dikomunikasikan kepada manajemen dan semua karyawan.
Sudah saatnya kalangan asuransi merumuskan risiko-risiko yang berpotensi menganggu kelangsungan perusahaan. Lebih dari itu, manajemen risiko dilakukan dengan mempersiapkan rencana darurat (contingency plan) atas risiko-risiko yang kemungkinan terjadinya cukup tinggi dan dampaknya besar. Dengan demikian, risiko yang mengancam tujuan perusahaan bisa dikendalikan dengan baik.
Apa yang terjadi di dunia perbankan, sudah cukup untuk menjadi pelajaran bahwa pelaksanaan manajemen risiko di industri asuransi adalah mendesak.
Dalam kehidupan kita sehari-hari seringkali kita mendengar istilah ’Resiko’ dan ’Asuransi’. Dan pertanyaannya adalah apakah kita tahu apa pengertian dari Resiko? Dan juga Asuransi? Dan apa kaitan diantara keduanya?

Resiko didalam Asuransi adalah ketidakpastian akan terjadinya suatu peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian ekonomis. Contoh dari berbagai macam resiko, seperti resiko kebakaran, tertabrak kendaraan lain, resiko terkena banjir di musim hujan, resiko gempa bumi dan sebagainya, dapat menyebabkan kita menanggung kerugian jika risiko-risiko tersebut tidak kita antisipasi dari awal.
Istilah resiko (risk) juga memiliki berbagai definisi. Vaughan (1978) mengemukakan beberapa definisi risiko sebagai berikut:
•    Risk is the chance of loss (
Risiko akan menimbulkan kerugian)
Chance of loss berhubungan dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap kemungkinan kerugian. Dalam ilmu statistik, chance dipergunakan untuk menunjukkan tingkat probabilitas akan munculnya situasi tertentu. Sebagian penulis menolak definisi ini karena terdapat perbedaan antara tingkat risiko dengan tingkat kerugian. Dalam hal chance of loss 100%, berarti kerugian adalah pasti sehingga risiko tidak ada.
•    Risk is the possibility of loss (Risiko adalah kemungkinan kerugian)
Istilah possibility berarti bahwa probabilitas sesuatu peristiwa berada diantara nol dan satu. Namun, definisi ini kurang cocok dipakai dalam analisis secara kuantitatif.

•    Risk is uncertainty (Risiko adalah ketidakpastian)

Uncertainty dapat bersifat subjective dan objective. Subjective uncertainty merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko yang didasarkan pada pengetahuan dan sikap individu yang bersangkutan. Objective uncertainty akan dijelaskan pada dua definisi risiko berikut.

•    Risk is the dispersion of actual from expected results (Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan)

•    Risk is the probability of any outcome different from the one expected (Risiko adalah probabilitas sesuatu outcome berbeda dengan outcome yang diharapkan). Menurut definisi di atas, risiko bukan probabilita dari suatu kejadian tunggal, tetapi probabilita dari beberapa outcome yang berbeda dari yang diharapkan.

Dari berbagai definisi diatas, risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (kerugian) yang tidak diinginkan, atau tidak terduga. Atau dengan kata lain akan menunjukkan adanya ketidakpastian.

Ada 4 Bentuk-bentuk resiko yang perlu kita ketahui yaitu :
a. Resiko Murni, adalah risiko yang akibatnya hanya ada 2 macam: rugi atau break even, contohnya pencurian, kecelakaan atau kebakaran.
b. Resiko Spekulatif adalah risiko yang akibatnya ada 3 macam: rugi, untung atau break even, contohnya adalah judi.
c. Resiko Partikular adalah risiko yang berasal dari individu dan dampaknya lokal,  contohnya adalah pesawat jatuh, tabrakan mobil
d. Resiko Fundamental adalah risiko yang bukan berasal dari individu dan dampaknya luas,  contohnya adalah angin topan, gempa bumi, banjir dan Badai


RISIKO OPERASIONAL DAN PERUBAHAN KURS



PENGENDALIAN KUALITAS SEBAGAI STRATEGI MENGHADAPI RISIKO OPERASIONAL
pengukuran risiko menjelaskan bahwa risiko operasional merupakan risiko yang paling “tua” tetapi belum diketahui karakteristiknya dibandingkan risiko lainnya seperti risiko pasar , risiko tingkat bunga , risiko kredit. Dikatakan paling tua karena perusahaan berurusan dengan aspek operasional praktis sejak perusahaan berdiri.
Sistem operasional yang efektif bisa mengendalikan risiko operasional. Manajemen kualitas pada dasarnya ingin memperbaiki kualitas output melalui pengendalian operasional. Konsep tersebut pertama kali populer untuk proses produksi. Pada perkembangan lainnya manajemen kualitas juga diterapkan untuk lainnya , seperti sektor pelayanan (jasa).
Definisi kualitas
Kualitas mengukur seberapa baik produk atau pelayanan bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas akan menentukan daya saing organisasi , karena itu organisasi perlu menjaga dan memonitor kualitas.
Jaminan mutu adalah sistem menyeluruh dari kebijakan , prosedur , pedoman , yang diterapkan oleh organisasi untuk menjaga dan mencapai kualitas. Jaminan kualitas terdiri dua fungsi pokok :
ü Rekayasa kualitas : membuat proses dan desain produk yang berkualitas
üPengendalian kualitas : inspeksi untuk melihat apakah standar kualitas sudah terpenuhi
Six – sigma
Six – sigma didefinisikan sebagai metodologi untuk mengelola variasi dalam suatu proses yang menyebabakan produk rusak , yaitu produk yang mempunyai penyimpangan yang lebih besar dari standar penyimpangan tertentu , dan secara sistematis bekerja untuk mengelola variasi tersebut, untuk menghilangkan produk rusak tersebut.
Tujuan dari six sigma adalah untuk mengurangi variasi output dari suatu proses tertentu, sehingga dalam jangka panjang bisa menghasilkan produk rusak kurang dari 3, 4 produk rusak per 1 juta output.
Metodologi Six sigma
Six sigma mempunyai dua metodologi kunci . yaitu DMAIC dan DMADV.

üDMAIC (define , measure , analyze, improve , control) digunakan untuk memperbaiki proses bisnis saat ini yang berada di bawah standar , dan digunakan untuk mencari perbaikan secara gradual.
üDMADV (define , measure , analyze , design , verify) digunakan untuk menciptakan proses atau output yang baru mempunyai kualitas dengan standar six – sigma. DMADV juga bisa digunakan jika proses saat ini membutuhkan lebih dari perbaikan gradual.
DMAIC terdiri dari lima tahap , yaitu :
1.      Mendefinisikan secara formal tujuan dari perbaikan proses yang konsisten dengan permintaan konsumen dan strategi organisasi
2.      Melakukan pengukuran awal untuk perbandingan di masa mendatang
3.      Melakukan analisis untuk memverifikasi kaitan dan hubungan sebab akibat.
4.      Memperbaiki dan mengoptimalkan proses berdasarkan analisis dengan menggunakan teknik seperti desai eksperimen.
5.      Menyiapkan dan mengendalikan percontohan untuk menetapkan kemampuan proses, transisi ke produksi , dan secara terus menerus megukur proses dan menetapkan mekanisme pengendalian, untuk memastikan bahwa variasi diperbaiki sebelum memunculkan produk rusak.
DMADV terdiri dari lima tahap, yaitu :
1.      Mendefinisikan secara formal tujuan dari aktivitas yang konsisten dengan permintaan konsumen dan startegi perusahaan
2.      Mengukur , mengidentifikasi kualitas perusahaan , kemampuan produk , kemampuan proses produksi , assessmentrisiko , dan sebagainya.
3.      Analisis , mengembangkan alternatif desain, menciptakan desain dengan tingkat yang tinggi, dan mengevaluasi kemampuan desain, supaya bisa dipilih desain yang terbaik.
4.      Desain , dan mengembangkan desain yang detail , mengoptimalkan desain , dan merencanakan verifikasi desain.
5.      Verifikasi desain , menyiapkan percontohan , menjalankan proses produksi , dan menyerahkan proses tersebut ke pemilik proses.
Six sigma mengidentifikasi lima peranan kunci untuk menjamin kesuksesannya. Kelima kunci tersebut adalah :
1.      Pemimpin puncak (Direktur atau CEO) organisasi dan anggota manajemen ouncak lainnya. Mereka bertanggung jawab untuk menetapkan visi untuk pelaksanaan six sigma.
2.      Champions bertanggung  jawab terhadap pelaksanaan six sigma di organisasi dengan cara yang terintegrasi. Champion juga bertindak sebagai guru untuk pemegang sabuk hitam six sigma.
3.      Master Black Belts (Guru pemegang sabuk hitam) , ditunjuk oleh champions , bertindak sebagai pakar dalam organisasi (in-house) dalam hal six sigma. Mereka menghabiskan waktunya 100 % untuk six sigma.
4.      Pemegang sabuk hitam bekerja dibawah guru sabuk hitam untuk melaksanakan metodologi six sigma untuk proyek spesifik. Fokus mereka adalah pelaksanaan proyek, sedangkan fokus champions dan guru pemegang sabuk hitam adalah identifikasi proyek / fungsi untuk six sigma.
5.      Pemegang sabuk hijau adalah karyawan yang melaksanakan six sigma berbarengan dengan pekerjaannya. Mereka bekerja di bawah pengarahan pemegang sabuk hitam.
Perbaikan Proses Bisnis
Perbaikan proses bisnis berkaitan erat dengan six sigma, karena salah satu aktivitas six sigma bisa jadi melakukan perbaikan proses bisnis. Perbaikan proses bisnis adalah pendekatan yang sistematis untuk membantu organisasi melakukan perubahan signifikan terhadap cara organisasi menjalankan bisnisnya. Tujuan dari perbaikan proses bisnis lebih pada perubahan radikal , bukannya perubahan secara gradual.
Cara kerja perbaikan proses bisnis :
1.      Mendefinisikan tujuan strategis organisasi, misi dan maksud keberadaan organisasi
2.      Menentukan konsumen , stakehoulders organisasi.
3.      Menentukan struktur dan proses yang ada saat ini. Menyatukan proses bisnis agar bisa memenuhi persyaratan yang diminta oleh konsumen.
4.      Menentukan output apa dari proses tersebut yang akan menghasilkan nilai tambah bagi organisasi.
5.      Setelah output tersebut ditentukan, organisasi perlu memfokuskan pada pencapaian output tersebut, perlu melakukan perubahan agar bisa memenuhi visi dan misinya.
Bagan Pengendalian ( Control Charts )
Bagan pengendalian ingin menunjukkan apakah variasi dari output disebabkan karena proses yang masih terkendali (in control) atau proses yang sudah tidak terkendali (out of control ). Jika situasi menjadi tidak terkendali , maka perbaikan harus dilakukan agar proses kembali lagi ke situasi normal. Bagan pengendalian bisa dikelompokkan berdasarkan data yang dicakup . Bagan x digunakan jika kualitas suatu output diukur dengan variabel seperti panjang , berat , temperatur, dan sebagainya. Jika suatu output mempunyai ukuran diluar batas yang ditentukan , maka proses produksi seharusnya dievaluasi ulang, sebelum dilanjutkan lagi.


Garis vertikal menyajikan skala pengukuran variabel yang diamati. Garis tengah menyajikan rata – rata dari proses jika proses masih terkendali. Dua batas yaitu batas atas dan batas bawah. Jika suatu sampel yang diamati berada antara kedua batas tersebut , maka dikatakan bahwa ada probabilitas yang tinggi bahwa proses masih dalam kendali. Jika sampel mempunyai variabel di atas batas atas atau di bawah batas bawah , maka ada indikasi proses tersebut di luar kendali , sehingga tindakan perbaikan seharusnya dilakukan . dari waktu ke waktu sampel akan di ambil untuk diamati.
Bagan x jika standar deviasi dan rata – rata diketahui
Jika standar deviasi dan rata-rata proses diketahui, kita bisa menyusun bagan x. Misal perusahaan menjual beras dalam karung. Jika proses berjalan sebagaimana mestinya, beras karung tersebut adalah 5kg, standar deviasinya adalah 0,5kg. Diasumsikan juga bahwa berat pengisian beras adalah beristribusi normal. Karena itu akan megamati sampel, maka kita akan menggunakan rata-rata sampel dan standar deviasi sampel. Distribusi sampel dari rata-rata bisa digunakan untuk menentukan batas atas dan batas bawah, dengan demikian indikator batas atas dan batas bawah. Standar deviasi dari bisa dihitung sebagai berikut :
                                                       α x~ = α / √n
Misal kita melakukan inspeksi 10x (setelah proses pegisian karung pertama selesai, kita ambil misal lima karung, kemudian kita rata-rata beratnya, proses diulangi sampai 10x pengisian karung), nilai rata-rata sampel yang diharapkan adalah 5kg, standar errornya adalah :
                                           α x~ = 0,5 / √ 10 = 0,5 / 3,16 = 0,158
Batas atas dan bawah biasanya ditentukan denga 3 standar deviasi dari rata-rata dari total wilayah. Dengan demikian batas atas dan bawah untuk pengisian beras tersebut adalah :
Batas atas (UCL) = 5 +3 (0,158) = 5,47
Batas bawah (LCL) = 5 – 3 (0,158) = 4,52



Bagan x~ jika standar deviasi dan rata-rata tidak diketahui
Jika rata-rata populasi dan standar deviasi tidak diketahui, kita bisa menggunakan rata-rata dan standar deviasi sampel sebagai proksi rata-rata dan standar deviasi populasi.
Standar deviasi bisa dihitung (diaproksimasi) denga formula sebagai berikut :
α = R~ / d2
Bagan R (R-chart)
Dalam beberapa situasi, kita ingin membentuk bagan R (R-chart), yaitu bagan yang memperlihatkan variabilitas suatu proses. Untuk membuat R-chart, kita bisa mengasumsikan range sebagai variabel random dengan nilai rata-rata dan standar deviasinya. Rata-rata range memberikan estimasi rata-rata variabel random tersebut. Standar deviasi range bisa dihitung sebagai berikut :
αR=d3 (R~ / d2)
dimana d3 dan d2 adalah konstanta yang nilainya tergantung dari ukuran sampel. Batas atas dan bawah untuk range tersebut bisa dihitug sebagai berikut :
UCL R = R~ + (αR)
LCL R = R~ - (αR)

MANAJEMEN PERUBAHAN KURS
Eksposur terhadap perubahan kurs tersebut dikelompokkan ke dalam tiga tipe :
1.    Eksposur Transaksi
2.    Eksposur Akuntansi
3.    Eksposur Operasi

Manajemen Eksposur Transaksi
a.       Derivatif
Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian dari eksportir Amerika Serikat. Importir tersebut harus membayar 1juta dollar tiga bula mendatang. Importir tersebut dalam hal ini menghadapi risiko perubahan kurs; jika rupiah melemah, ia bisa melakukan langkah atau hedging dengan derivatif dan instrumen money-market.
Karena importir tersebut membutuhkan dollar 3 bulan mendatang, maka dia dikatakan short S. Short S adalah sedemikian rupa jika rupiah melemah, pemegang posisi short S akan mengalami kerugian dan sebaliknya. Sebagai hedge-nya, importir tersebut bisa membeli 3-bulan S forward.
b.      Money-market Hedge
Misalkan instrumen derivatif tidak ada, hedging dengan money market instrument bisa dilakukan. Misalkan eksportir Indonesia akan memperoleh 1juta dollar 3 bulan mendatang. Ia menghadapi risiko perubahan kurs, dan ia ingin menghilangkan risiko tersebut. Hedging tersebut bisa dilakukan seperti berikut. Misalkan tiingkat bunga dalam S untuk 3 bulan adalah 5%.
T = 0 (sekarang) Pinjam sebesar $1juta / (1,05) = $952.381
Konversi ke rupiah dengan kurs spot Rp10.000/$, untuk memperoleh rupiah sekitar Rp9,52 miliar
T = 3 (3bln)        Memperoleh $1juta
Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya, sehingga ia membayar sebesar $952.381 x (1,05) = $1juta
c.       Risk Shifting
Misalkan perusahaan komputer menjual produknya ke Indonesia. Karena komponen diimpor dari luar negeri, maka harga komputer akan sangat tergantung dari kurs yang berlaku. Jika rupiah menguat, harga akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Atau dengan cara lain dengan menggeser risiko perubahan kurs ke konsumen. Jika posisi konsumen konsumen lebih kuat dibandingkan dengan produsen, maka hal sebaliknya bisa terjadi, yaitu risiko dialihkan dari konsumen ke produsen.

d.      Netting Exposure
Netting Exposure dilakukan dengan menggabungkan ekspousr yang berlawanan sehinggan eksposur bersihnya adalah nol. Misalkan perusahaan Indonesia meminjam dalam dollar. Dalam hal ini perusahaan tersebut menghadapi risiko perubahan kurs. Jika rupiah melemah, perusahaan tersebut bisa menghadapi masalah. Untuk menghilangkan risiko tersebut dengan menjual ke luar negeri (ekspor) sehingga perusahaan tersebut akan memperoleh dolar.
Manajemen Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi jika perusahaan, khususnya perusahaan multinasional, melakukan konversi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya.
Alternatif Manajemen Akuntansi
Kurs
Melemah
Menguat
Aset
Dikurangi
Ditambah
Kewajiban
Ditambah
Dikurangi

Jika dalam situasi diatas, rupiah diperkirakan melemah, maka alternatif yang bisa dilakukan adalah mengurangi aset dan/atau menambah kewajiban. Tetapi cara seperti itu tidak sepenuhnya menghilangkan risiko, karena kita masih menebak-nebak arah perubahan kurs. Dalam hal ini kita melakukan spekulasi. Jika tebakan kita salah, maka kita akan merugi. Jika pasar sudah efisien, maka alternatif semacam itu tidak akan menghasilkan keuntungan. Alternatif lain dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian yanng muncul akibat perubahan kurs.


Manajemen Eksposur Operasi
Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs akan mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan. Manajemen eksposur operasi bisa dilakukan sebagai berikut :
a.    Jangka pendek : memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan perusahaan.
b.    Jangka panjang : mengurangi sensitivitas operasi perusahaan terhadap perubahan kurs
-          Memanfaatkan Situasi Perubahan Kurs
Misalkan perusahaan Jepang sedang bersiap-siap untuk meluncurkan produk baru di Amerika Serikat. Tiba-tiba yen melemah signifikan terhadap dollar. Jika yen melemah terhadap dollar, maka harga produk tersebut dalam $ akan menurun. Karena harganya turun, maka situasi tersebut tersebut merupakan kesempatan baik untuk merebut pangsa pasar di Amerika Serikat.
-          Mengurangi Sensitivitas Operasi Perusahaan Terhadap Perubahan Kurs
Pengaruh sensitivitas tersebut bisa dilakukan melalui beberapa cara sebagai berikut :
v  Aspek Pemasaran. Perusahaan bisa membuat pemasaran yang membuat konsumen berkurangnya sensitivitasnya terhadap kurs, misal dengan mendiferensiasikan produknya. Produk terdiferensiasi mempunyai fitur tertentu yang menarik konsumen membeli. Konsumen membeli bukan karena harga, melainkan karena fitur tersebut.
v  Cara lain adalah dengan mendiferensiasikan pasar di luar negeri. Sebagai contoh , jika perusahaan Jepang, 90% eksposurnya ke Amerika Serikat, maka penguatan yen terhadap dolar akan menimbulkan masalah. Perusahaan tersebut bisa mendiversifikasikan pasarnya sehingga akan mengeksposurkan produknya.
v  Aspek Produksi. Perusahaan bisa melakukan manajemen eksposur operasi melalui aspek produksi. Sebagai contoh, perusahaan Jepang menghadapi masalah dengan penguatan yen terhadap dollar. Jika perusahaan tersebut membeli inputnya tidak hanya dari Jepang, tetapi juga dari negara lain. Alternatif lainnya perusahaan bisa memindahkan fasilitas produknya.
Aspek Lain. Masih banyak aspek dan teknik lain yang bisa digunakan untuk manajemen eksposur operasi. Sebagai contoh, perusahaan Jepang yang menjual produknya ke Amerika Serikat akan menerima $. Perusahaan tersebut bisa meminjam dengan eksposur bersihnya adalah nol.    

MANAJEMEN RISIKO PERBANKAN
Manajemen Risiko dalam operasional bank meliputi identifikasi risiko, pengukuran dan penilaian, dan tujuannya adalah untuk meminimalkan efek negatif risiko terhadap hasil keuangan dan modal bank. Bank wajib membentuk unit organisasi khusus untuk tujuan manajemen risiko.
Risiko bank yang terbesar dalam operasinya adalah resiko pasar (resiko suku bunga, resiko valuta asing, resiko dari perubahan harga pasar sekuritas, derivatif keuangan dan komoditas), resiko kredit, resiko likuiditas, resiko eksposur, resiko investasi , resiko operasional, resiko hukum, resiko strategis. Resiko ini sangat inter-independen. Peristiwa yang mempengaruhi satu area resiko dapat memiliki konsekuensi untuk berbagai kategori resikolainnya.
MANAJEMEN RESIKO KREDIT
Risiko kredit didefinisikan sebagai potensi dari bank peminjam atau pihak counter yang akan gagal memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat yang disepakati. Tujuan dari manajemen risiko kredit adalah untuk memaksimalkan tingkat pengembalian kepada bank dengan menjaga resiko pemberian kredit supaya berada di parameter yang dapat diterima. Bank perlu mengelola risiko kredit dari seluruh portofolio serta risiko dari individu atau kredit atau transaksi.
Bagi sebagian besar bank, pinjaman adalah yang terbesar dan juga sumber resiko kredit , namun sumber-sumber risiko kredit lain juga terdapat di seluruh kegiatan bank, termasuk pembukuan perbankan dan pembukuan perdagangan baik yang di dalam atau di luar neraca. Resiko kredit perbankan semakin meningkat (atau resiko dari pihak lainnya ) di berbagai instrumen keuangan selain pinjaman termasuk penerimaan, transaksi antar bank, pembiayaan perdagangan, transaksi valuta asing, masa depan keuangan, swap, obligasi, ekuitas, opsi dan perluasan komitmen dan jaminan, penyelesaian transaksi.
BASAL II TENTANG RESIKO KREDIT
Komunitas basal tentang kepemimpinan perbankan mengeluarkan dokumen konsultatif tentang Kerangka Pemenuhan Modal Baru untuk menggantikan perjanjian 1988. Dokumen ini mengajukan tiga pilar untuk perjanjian yang baru –
1. Persyaratan Kapital Minimal
2. Ulasan Supervisory
3. Disiplin Pasar
Kesepakatan yang baru berlanjut dengan rasio kecukupan modal minimum sebesar 8% dari risiko aset tunggu. Atur pilihan untuk memperkirakan modal sebagaimana diusulkan dalam dokumen termasuk pendekatan standar. Dalam pendekatan ini, risiko preferensial beban di kisaran 0%, 20%, 50%, 100%, dan 150% diperkirakan akan ditetapkan atas dasar penilaian kredit eksternal.
Di bawah organisasi Internal Rating Based (IRB), masyarakat mengusulkan pemenuhan tingkat kredit minimal untuk mengukur Probabilitas Default (PD) sementara preferensial menetapkan bobot risikonya, dengan informasi yang diberikan oleh supervisor pada kerugian standar nasional yang diberikan ( LGD) sebagai eksposur default. Adopsi Kesepakatan Modal Baru oleh bank-bank di pernyataan yang diusulkan memerlukan perubahan yang lengkap dalam sistem manajemen risiko yang ada.
MANAJEMEN RISIKO PASAR
Bank dihadapkan pada risiko pasar melalui kegiatan perdagangan mereka dan neraca mereka. Dua jenis risiko yang dianggap risiko pasar untuk bank seperti risiko suku bunga dan risiko valuta asing. Bank menghadapi risiko valuta asing karena adanya fluktuasi nilai tukar dan suku bunga adalah risiko yang paling umum dihadapi semua bank dalam mengelola semua produk-produk keuangan yang dikeluarkan oleh bank dengan tingkat bunga sensitif.
1. RESIKO TINGKAT BUNGA
Risiko Suku Bunga adalah risiko efek negatif pada hasil keuangan dan modal bank yang disebabkan oleh perubahan suku bunga. Tujuan yang menyeluruh dari manajemen risiko suku bunga adalah untuk memastikan mekanisme arus kas yang besar tanpa adanya ketidaksesuaian dalam aset dan kewajiban segmen. Sebagai perantara keuangan, bank menghadapi risiko suku bunga dalam beberapa cara seperti:
Risiko Re-Pricing: bentuk utama risiko suku bunga naik adakah perbedaan waktu jatuh tempo (untuk suku bunga tetap) dan re-pricing (untuk suku bunga mengambang) dari aset, posisi kewajiban off-balance-sheet (OBS). Mereka dapat mengekspos bank “pendapatan dan aset” mendasari nilai ekonomi yang tak terduga tentang fluktuasi tingkat bunga yang cenderung terlalu sering dan tidak stabil.
Risiko Kurva Hasil: Ketidaksesuaian harga juga dapat membuat bank untuk melakukan perubahan kemiringan dan bentuk kurva hasil. Risiko kurva hasil tak terduga muncul ketika pergeseran kurva hasil telah merugikan bank pendapatan atau nilai ekonomi aset porfolio mereka.
Risiko Dasar: Risiko bahwa tingkat bunga untuk aktiva dan kewajiban yang berbeda dapat berubah dalam besaran yang berbeda maka disebut risiko dasar. Risiko tersebut timbul karena korelasi tidak sempurna dalam penyesuaian dari tarif yang diterima dan dibayarkan pada instrumen yang berbeda dengan karakteristik penentuan ulang harga yang bijaksana.
Resiko Pilihan Bawaan: Sebuah opsi memberikan pemegang hak (namun bukanlah kewajiban) untuk membeli, menjual atau dalam beberapa cara mengubah arus kas instrumen atau kontrak keuangan. Pilihan instrumen yang mungkin berdiri sendiri seperti pertukaran-opsi dan kontrak perdagangan over-the-counter (OTC), atau mereka mungkin akan tertanam di dalam instrumen standar sebaliknya. Saat bank menggunakan nilai tukar dan pilihan OTC- di kedua bidang perdagangan dan akun non-trading, instrumen dengan pilihan bawaan biasanya hal paling penting dalam kegiatan non-perdagangan.
Resiko investasi ulang: ketidakpastian tentang masa depan tingkat suku bunga menimbulkan risiko investasi ulang sebagai arus kas masa depan yang akan diinvestasikan kembali pada tingkat yang tidak diketahui saat ini. Kurva dengan hasil biasa, tanpa bootstrap, tidak diperhitungkan sebagai risiko investasi ulang.
RESIKO OPERASIONAL
Ini adalah salah satu babak baru dari kesepakan modal Basel II. Risiko operasional didefinisikan sebagai “risiko kerugian yang dihasilkan dari cukupnya atau kegagalan proses internal, orang dan sistem atau dari peristiwa eksternal.” Definisi ini mencakup risiko hukum, tapi mengecualikan risiko strategis dan risiko reputasi. Di sisi lain, Reserve Bank of India telah mendefinisikan risiko operasional, sebagai ‘resiko apapun, yang tidak dikategorikan sebagai pasar atau risiko kredit, atau risiko kerugian yang timbul dari berbagai jenis kesalahan manusia dan kesalahan teknis’.
MANAJEMEN RESIKO LIQUIDITAS
Potensial resiko liquiditas. adalah ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban bankir saat mereka jatuh tempo. Ini muncul ketika bank tidak dapat menghasilkan uang untuk memenuhi penarikan dana, komitmen kredit atau peningkatan aset.
Hal tersebut berasal dari ketidaksesuaian pola aktiva dan kewajiban. Pengukuran dan pengelolaan kebutuhan likuiditas sangat penting bagi pengoperasian yang efektif untuk bank-bank komersial karena hal ini dapat menjadi sebab dan akibat dari risiko likuiditas terutama terkait dengan aset dan kewajiban bank. Bank harus terus memantau posisi likuiditas dalam jangka panjang dan terus menerus setiap hari. Ada dua pendekatan yang berhubungan dengan kedua analisis situasi yaitu (1) Pendekatan Fundamental dan (2) Pendekatan Teknis.
Pendekatan Fundamental: Pendekatan ini digunakan dalam jangka panjang. Dalam pendekatan ini bank mencoba untuk mengelola risiko likuiditas dengan mengendalikan posisi aset-kewajiban. Sebuah cara yang bijaksana untuk mengatasi situasi ini bisa dengan mengatur jatuh tempo aset dan kewajiban atau dengan melakukan diversifikasi dan memperluas sumber-sumber dana.
Pendekatan Teknis: Pendekatan ini berfokus pada posisi kewajiban bank dalam jangka pendek. Likuiditas dalam jangka pendek ini terutama terkait dengan arus kas yang timbul akibat transaksi operasional. Bank harus mengetahui persyaratan dan uang tunai arus kas masuk dan menyesuaikan keduanya untuk memastikan tingkat yang aman untuk posisi likuiditas.
Skenario Manajemen Risiko akan semakin kuat karena liberalisasi, regulasi dan integrasi dengan pasar global. Manajemen risiko akan dilakukan secara proaktif dan kualitas kredit akan meningkat, yang menyebabkan sektor keuangan yang lebih kuat. Masa depan akan melihat perubahan struktural di sektor perbankan ditandai oleh konsolidasi dan perubahan di dalam sektor.
Bank-bank yang lebih kecil tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menahan persaingan yang ketat dari sektor ini. Bank akan berevolusi menjadi penyedia jasa keuangan yang lengkap dan utuh, melayani semua kebutuhan keuangan perekonomian. Arus modal akan meningkat dan melakukan pendirian basis-basis di negara-negara asing merupakan hal yang biasa.


MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN NON-KEUANGAN

Perusahaan yang menjadi ilustrasi pada bab ini adalah United Grain Growers (UGG), perusahaan yang bergerak dibidang pertanian di Kanada mendapatkan penghargaan praktik manajemen risiko terbaik. UGG bisa mengasuransikan eksposur yang sebelumnya tidak pernah diasuransikan, yaitu risiko cuaca

LATAR BELAKANG UGG
A. Gambaran Umum
è  UGG merupakan perusahaan publik namun masih mempertahankan ciri koperasinya, yaitu perusahaan masih mempunyai anggota dan pemegang saham. Anggota tidak punya hak atas dividen namun memiliki hak suara.
èBagan Bisnis UGG
 


è  4 segmen utama yang dimiliki UGG :
1.       Grain Handling and Marketing Service ( Jasa Penanganan Bibit Tanaman ) : mengidentifikasi sumber bibit pertanian dan menyerahkan ke ekspotir atau ke pengguna domestik seperti pengelolaan makanan ( berfluktuasi paling tinggi )
2.       Crop Production Service ( Jasa Produksi ) : memberikan input ( bibit, pupuk, dll ), jasa konsultasi, keuangan kepada petani
3.       Livestock Service : memberikan input kepada peternak sapi, ayam
4.       Bussines Communication : memberikan informasi yang diperlukan untuk menjalankan bisnis pertanian yang menguntungkan ( menerbitkan publikasi berkala dan website yang berisi informasi cuaca, harga produk pertanian, dan berita pertanian lainnya )


B. Kondisi Sebelum Program Manajemen Risiko
è  Strategi yang dilakukan UGG untuk memperlancar terbentuknya manajemen risiko :
è  Kultur budaya yang terbuka terhadap perubahan. Pada tahun 1992 UGG mengupgrade sistem komputernya dengan cara membangun sistem jaringan client-server mulai dari nol dan Y-2-K compliant ( aman terhadap masalah tahun 2000 ). Hal ini membuat UGG mendapat penghargaan Smithsonian penggunaan teknologi yang inovatif tahun 1995
è  Kesadaran pentingnya good corporate governance. UGG mempunyai grup treasury yang mengelola risiko perubahan kurs dan tingkat bunga dan grup pemasaran biji pertanian yang mengelola risiko komoditas. Melakukan analisis dan review sering dilakukan UGG secara menyeluruh pada eksposur bisnisnya.

C. Langkah awal proyek manajemen risiko
è  pengendalian UGG sudah baik namun ada yang perlu ditingkatkan misalnya pengukuran metode VAR, penetapan batas dan kebijakan yang lebih formal, keterlibatan dewan direksi dan pembuatan komite manajemen risiko.
è  isu - isu yang muncul :
1.      Diperlukan praktik manajemen risiko yang lebih komprehensif
2.      Semakin berkembangnya alat analisis termasuk software, kuantifikasi untuk meningkatkan akurasi pengukuran dan pengelolaan risiko
3.      Ketidakkonsistenan di dalam organisasi dalam pendekatan terhadap risiko ( tidak ada standar yang jelas )
4.      Dalam menetapkan standar risiko perlu memperhatikan prefensi risiko dari stakeholders yang berbeda - beda
è  Dengan adanya isu di atas membuat UGG untuk menyiapkan infrastruktur manajemen risiko, yaitu kebijakan manajemen risiko yang terintegrasi dan menyeluruh ( company wide ) dan membentuk komite manajemen risiko ( CEO, CFO, manajer risiko, treasurer, manajer audit, manajer kepatuhan, manajer divisi ) yang bertanggung jawab untuk merekomendasikan proses, kebijakan, pelaporan formal kepada komite audit.
è  3 komponen kunci :
- risiko harus diidentifikasi
- risiko harus di evaluasi
- kombinasi strategi manajemen risiko yang optimal harus di tentukan
è  Tujuan dari komite adalah menurunkan biaya risiko jangka panjang, melindungi UGG dari risiko kerugian yang berlebihan dan mengurangi fluktuasi pendapatan
è  Dan kemudian UGG menyewa konsultan untuk menangani proyek manajemen risiko strategis tersebut.

ANALISIS RISIKO UGG
è  Mengidentifikasikan 47 risiko yang penting kemudian membuat skala 1 sampai 3 yaitu : sangat kritis, penting moderat, kurang penting sehingga risiko menjadi 18, lalu dipilih 6 untuk di analisis dan kuantifikasi lanjutan
1.      Gugatan hukum berkaitan dengan masalah lingkungan
2.      Dampak cuaca terhadap volume biji pertanian
3.      Risiko counterparty
4.      Risiko kredit
5.      Risiko kredit
6.      Risiko harga komoditas dan risiko basis
7.      Risiko persediaan

A. Kuantifikasi Risiko
è  Mengkuantifikasi eksposur diperlukan agar UGG memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai efek dari setiap risiko terhadap kinerja.
è  UGG menggabungkan distribusi probabilitas suatu risiko dan besarnya kerugian untuk menghitung distribusi probabilitas total kerugian untuk setiap risiko dan pengaruh terhadap kinerja
è  Bagan kuantifikasi risiko di UGG
1.      Bagan 1 : UGG menghitung frekuensi kejadian peristiwa pemasok atau konsumen tidak bisa memenuhi kontraknya sebesar 13% ( probabilitasnya 0,13 ).
2.      Bagan 2 : nilai kerugian nampak bahwa distribusinya agak skew ke kiri
3.      Bagan 3 : menggabungkan probabilitas kejadian dengan severity dari kejadian tersebut
4.      Bagan 4 : efek dari counterparty risiko terhadap EBIT. Risiko bisa dikurangi karena EBIT menjadi lebih pasti
è  Kurva Probabilitas Untung/Rugi UGG
Bagan 1 : UGG rugi $300.000 dengan probabilitas 90% ( 9 dari 10 tahun ). VAR 90% adalah $4,28 juta ( probabilitas 10% rugi $4,28 juta ). VAR 95% adalah $6,2 juta ( probabilitas 5% rugi $6,2 juta )
Bagan 2 : membandingkan distribusi eksposur dengan dan tanpa memasukkan dampak dari risiko tersebut.

B. Risiko perubahan cuaca
è  risiko yang mempunyai dampak paling tinggi. Wills Risk Solution melakukan analisis regresi untuk melihat temperatur dan precipitation ( curah hujan ) terhadap crop yields ( panen )
è  Dalam tabel hasil regresi curah hujan dan temperatur terhadap panen: Curah hujan dan suhu secara signifikan mempengaruhi panen. Temperatur berpengaruh negatif terhadap panen, sedangkan curah hujan berpengaruh positif.

MANAJEMEN RISIKO UGG
A.    Retention
è  Melalui retention, UGG akan menanggung sendiri kerugian yang mungkin tibul dari risiko tersebut, dan UGG tidak mengambil tindakan untuk mengurangi eksposurnya.  Analisis dimuka menunjukkan bahwa, jika UGG tidak mengendalikan risikonya (mengurangi eksposure risikonya), kinerja jeuangan UGG akan sangat berfluktuasi. Fluktuasi yang terlalu tinggi menguntungkan karena investor akan enggan menanamkan sahamnya ke UGG.
è  Keuantungan dari alternatif retention adalah UGG bisa menghemat biaya yang berkaitan dengan pengendalian risiko.  Reaksi investor juga tidak jelas, apakah mereka menghargai upaya UGG untuk menurunkan risikonya melalui manajemen risiko, karena investor bisa melakukan diversivikasi pada personel level.

B.     Derifatif Cuaca
è  Pada bagan tersebut menjelaskan bahwa indeks cuaca menurun, maka UGG akan mengalami kerugian.  Tapi jika indeks cuaca meningkat, UGG memperoleh keuantungan.  Jika indeks cuaca mengalami penurunan, untuk kompensasi kerugiannya UGG bisa melakukan hedge dengan cara pembelian opsi put atas indeks cuaca.
è  Jika indeks cuaca mengalami penurunan, kerugian UGG bisa ditekan menjadi tetap untuk tingkat penurunan yang bereda beda.  Struktur pay-off seperti itu berbeda dengan struktur pay off jika tidak ada hedge.

C.     Asuransi
è  Manajer UGG berfikir membeli asuransi untuk risiko cuaca.  Jika risiko jelek pengiriman biji pertanian berkurang, perusahaan rugi.  Asuransi ini diharpakan memberikan ganti rugi pada UGG jika mengalami kerugian.
è  Akar msasalhnya adalah kemungkian moral-hazard, karena palayana dan harga juga mempengaruhi pengiriman oleh UGG. Perusahaan asuransi tidak akan mau memberikan perlindungan asuransi dimana ada potensi moral hazard seperti itu.

D.    Asuransi Terintegrasi
è  UGG menggunakan asuransi untuk melindungi eksposurnya, tapi tiap eksposur di asuransikan secara terpisah, sehingga UGG membayar asuransi tinggi.  Tapi karena diasuransikan secara terpisah,efek diversivikasi dari eksposur tidak dimanfaatkan.
è  Salah satu tujuan program manajemn risiko UGG adalah menurunkan biaya modal UGG.  Penurunan tersebut bisa diperoleh melalui penggunaan hutang,yang mempunyai biaya modal lebih rendah yang lebih banyak.

E.     Infrastruktur Manajemen Risiko
è  infrastruktur pada UGG membaik, yang mencakup komite manajemen risiko, alat dan software manajemen risiko dan metode manajemen risiko yang semakin membaik. 
è  Komite manajemen risiko dibuat pada tahap awal program manajemn risiko, sekarang komite tersebut mengadakan pertemuan berkala untuk membahas risiko dan melaporkannya ke komite audit setiap kartal.
è  UGG telah membuat langkah kemajuan yang signifikan dalam manajemn risiko mereka, yang dikarenakan beberapa hal:
1.      Tim manajemen senior yang cukup kohesif
2.      Konsultan yang kreatif dan mempunyai keahlian di bidang manajemn risiko
è Selain komite manajemn risiko UGG juga mempunyai software dibidang manajemen risiko yang memungkinkan UGG mengkuantifisir risiko lebih akurat dan menyiapkan skenario alernatifnya.
è UGG juga memiliki metode analisis yang baru dalam analisis manajemn risiko, metode tersebut menganalisis eksposur bisnis (tidak hanya eksposur tradisional yang diasuransikan) dengan pandangan yang integratif. http://www.studibisnis.com